Klasifikasi yang Kadang Menyesatkan
Entry level adalah istilah yang dipopulerkan oleh produsen kamera untuk DSLR ekonomis produksinya. Sebutan ini sama sekali tidak merujuk pada kualitas gambar yang dihasilkan oleh kamera-kamera di kelas ini. Pengoperasiannya pun tidak jauh berbeda dengan DSLR kelas semi pro. Jadi saya pikir istilah entry level ini bisa jadi menyesatkan, karena orang toh bisa saja langsung membeli DSLR kelas semipro atau pro tanpa harus melakukan pengenalan dengan DSLR di kelas entry level ini.
Perbedaan signifikan dari DSLR entry level dengan kelas-kelas di atasnya adalah pada kemampuan continuous shoot atau burst rate, range shutter speed, dan kualitas material body yang berkonsekuensi pada perbedaan bobot kamera.
Kamera DSLR entry level ini dalam pengamatan saya dibagi lagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
- Budget entry level DSLR dengan harga di kisaran Rp 5jt-an, misalnya:
- Canon EOS 1000D
- Nikon D3000
- Sony A200 dan A230
- Olympus E-420
- Full featured entry level DSLR dengan kisaran harga di sekitar Rp 8jt-an, seperti:
- Canon EOS 500D
- Nikon D5000
- Sony A350 dan A380
- Olympus E-520
Budget entry level DSLR
Dari segi kemampuan menghasilkan foto (gambar diam) kelas ini jelas tidak kalah dengan full-featured entry level DSLR. Bahkan jika dibandingkan dengan DSLR semi-pro dari era sebelumnya (misalnya Canon EOS 1000D vs Canon EOS 30D), kamera-kamera budget entry level ini masih punya keunggulan. Untuk perbandingan spesifikasi lengkap, silakan menengok di www.dpreview.com. Fitur yang tak tersedia pada budget entry-level, misalnya:
- tidak ada kamera di kelas ini yang mempunyai kemampuan video capture
- tak ada live-view pada Sony A200, A230, dan Olympus E-420
- Resolusi maksimum 10 MP
Catatan:
- Teknologi sensor yang digunakan pada kamera-kamera ini adalah:
- CMOS pada Canon EOS 1000D
- NMOS pada Olympus E-420
- CCD pada Sony A200, A230 dan Nikon D3000
- Olympus E-420 menggunakan sensor dengan luas 4/3 inch sedangkan kamera lain menggunakan sensor berukuran APS-C
- Olympus E-420 merupakan kamera paling ringan di kelas ini
- Sony A200 dan A230 sudah dilengkapi dengan teknologi Image Stabilizer pada sensornya
- Nikon D3000 dan Olympus E-420 memiliki kemampuan exposure compensation hingga +- 5 EV, sedangkan Sony A200, A230 dan Canon EOS 1000D hanya +- 2EV
- Canon EOS 1000D, Nikon D3000 dan Sony A230 menggunakan memory SD/SDHC, sedangkan Sony A200 dan Olympus E-420 menggunakan Compact Flash
- Nikon D3000 dengan layar 3 inch nya memiliki viewer paling lebar
Dari perbandingan di atas, untuk kelas budget entry level DSLR ini saya pikir Sony A230 merupakan pilihan yang terbaik. Adanya teknologi Image Stabilizer akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas foto yang dihasilkan. Penggunaan memory SD/SDHC memungkinkan penyimpanan file yang besar, harga yang lebih murah & mudah diperoleh.
Pembahasan full-featured entry level DSLR akan dilanjutkan pada posting berikutnya.
kalo di bandingkan sony a330,sbg pembaharu a300 dg bbrp pengurangan fitur,maka dimana penempatannya? apakah sekelas budget oriented ato fullfeature?
BalasHapusDi antara 2 itu Mas. Harganya di atas A200, tapi fiturnya gak selengkap A350 atau A380. Ini bentuk keberanian Sony untuk merilis produk yg segmented.
BalasHapusmasalahnya sony a230 banyak menuai kritik krn desain yg (menurut saya juga begitu) tidak ergonomis..
BalasHapusKelihatannya kelas entry level memang ditujukan untuk mereka yg baru berpindah dari poket ya, jadi bentuknya makin kecil makin bagus.
BalasHapusTrend baru sekarang ini memang mengarah pada body yg ringkas. Coba lihat kamera2 baru dari Panasonic (seri G), Olympus, Samsung (seri NX), bahkan Pentax, Nikon &Canon pun bentuknya makin ringkas. Klo pernah lihat kamera Leica, pasti setuju bahwa bentuk yang ergonomis tidak berpengaruh pada hasil ... hehe ...
Untuk model "interchangeable lens", sekarang ini malah ada 2 tipe baru dari Sony: NEX & SLT, keduanya menjadikan bentuki body yg ringkas sebagai keunggulan. Saya sendiri memang lebih nyaman pakai A200 yg body-nya agak besar.