Jumat, 20 November 2009

Aksesoris - Batere

Energi yang Menentukan Segalanya


Saya pernah memakai Nikon FM yang bisa memotret tanpa batere. Sistem mekanis yang sangat bagus & handal untuk dibawa bepergian ke mana pun. Waktu itu, kelangsungan misi pemotretan ditentukan oleh banyaknya cadangan amunisi berupa film. Tantangannya, fotografer harus bisa 'membayangkan' seperti apa gambar yang akan dihasilkan dari film yang sudah dicetak. Kesalahan setting bisa berakibat sangat fatal karena gambar baru bisa dicetak setelah kembali ke peradaban.
Pada kamera digital, sekeping memori card bisa menggantikan fungsi puluhan rol film. Kita juga dapat segera melihat hasil pemotretan segera setelah shutter dilepas. Masalahnya, semuanya proses itu memerlukan energi listrik yang bersumber dari batere.
Batere memang menjadi sangat penting dalam fotografi digital. Pilihannya pun beragam, mulai dari batere AA tipe Alkaline, batere AA rechargeable Ni-Cd atau Ni-MH, hingga batere dedicated (bawaan kamera) Ni-MH, Li-Ion, atau Li-Po.

Batere dedicated
Seperti biasa, masing-masing punya kelebihan. Banyak yang lebih menyukai batere dedicated, batere bawaan kamera berbentuk kotak yang bisa di-charge dengan cepat, mampu menyimpan energi dalam jangka waktu cukup panjang, dan berkapasitas besar. Kelemahannya, batere ini mahal. Sebuah batere orisinal biasanya dihargai Rp 300-400rb, atau bahkan mencapai Rp 700rb. Namun dengan cadangan energi & daya tahan yang besar, batere ini bisa bertahan seharian. Cadangan memang - mungkin - tidak diperlukan, khususnya jika sesi pemotretan dilakukan dalam studio atau dalam kota, sehingga tak ada kesulitan untuk me-recharge jika batere kehabisan energi.

Batere AA
Tapi saya melihat ada keunggulan dari batere AA. Tentunya bukan batere alkaline yang cuma 900-1100 mAh, tapi batere rechargeable Ni-MH yang tersedia dalam berbagai kapasitas daya, dari 700 mAh sampai 2700 mAh. Cadangan energi ini jelas lebih besar dari rata-rata batere dedicated yang berkisar 1000-1500 mAh. Jadi pendapat bahwa batere AA lebih 'boros' tidak berlaku umum.
Sepasang batere AA rechargeable 2500 mAh rata-rata dijual dengan harga Rp 100.000. Jauh lebih murah daripada batere dedicated. Masih ada keunggulan lain, yaitu kalau di tengah pemotretan batere kita kehabisan energi, akan mudah menggantinya dengan batere alkaline yang banyak tersedia di toko atau swalayan. Untuk satu sesi pemotretan, saya biasa meyiapkan 2 set batere rechargeable & 1 set batere alkaline baru. Just in case ... tapi jarang sekali batere alkaline itu terpakai.

Merk apa yang sebaiknya digunakan?
Merk yang menurut saya bagus: Energizer, Eneloop, Maha, Powerex. Uniross. Jaminan kualitas untuk Uniross, Maha, dan Eneloop bahkan dengan garansi.
Kriteria bagus ini dalam pengalaman saya berarti:
  • Mampu memotret dalam jumlah frame yang banyak. Saya biasa menggunakan 1 set (4 batere) 2500 mAh untuk 1500-2000 frame dengan Fujifilm S6500 fd
  • Masih menyimpan cadangan energi setelah disimpan selama seminggu

Batere bermerk GP & Krisbow, menurut saya lumayan. Kedua merk ini biasanya saya gunakan sebagai starter: batere yang terpasang pada kamera saat sesi dimulai. Pengaturan ini berkaitan dengan karakternya yang:
  • Mampu memotret dalam jumlah frame yang banyak.
  • Tidak memiliki cadangan energi setelah disimpan selama seminggu, jadi lebih baik menyimpannya dalam kondisi kosong & di-charge hanya jika keesokan harinya dipakai memotret secara intens

Batere Sony & Sanyo sebetulnya berkualitas bagus, namun sayangnya banyak barang palsu yang beredar di pasar. Untuk menghindari batere palsu ini, sebaiknya membeli di toko yang dapat dipercaya. Beberapa toko bersedia memberi jaminan tukar barang 3 hari jika ternyata batere yang kita beli itu palsu.

Charger
Barang ini tidak bisa dilepaskan dari batere rechargeable. Untuk batere dedicated, charger sudah disertakan bersama kamera. Namun untuk batere AA, pemilihan charger ini harus sangat diperhatikan. Banyak charger murah (Rp 30rb s.d 90rb) yang memiliki kapasitas arus sangat kecil. Charger ini tidak mungkin melayani pengisian batere di atas 1800 mAh.
Untuk memastikan pengisian berjalan dengan baik, pastikan untuk membeli charger dengan arus pengisian 500 mA atau lebih. Angka ini biasanya tertulis sebagai OUTPUT di bagian belakang charger. Lamanya waktu pengisian dapat dihitung dengan membagi kapasitas batere (2500 mAh) dengan arus pengisian (500 mA), sehingga:
2500 : 500 = 5 jam
Tersedia beberapa charger dengan fitur tambahan:
  • Quick, charger berkapasitas arus di atas 500 mA
  • Smart, charger dengan saklar otomatis yang akan memutuskan arus setelah batere penuh. Fitur ini dapat memperpanjang usia pakai batere
  • Refresh, fitur yang akan menguras sisa energi dalam batere sebelum mengisinya kembali. Fitur ini mencegah batere drop sebelum waktunya


Semoga bermanfaat

3 komentar:

  1. halo mas awan, mau tanya dong..
    merk charger kamera dengan baterai chargeran-nya harus sama ga?
    soalnya klo dibilang sanyo banyak palsu yg beredar, saya jadi males beli itu lagi.
    trus klo boleh tau, range harga baterai merk Uniross, Maha, dan Eneloop berapa ya mas?

    makasih

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Pengalaman saya, charger & batere tidak harus semerk, tapi kita mesti tahu spesifikasinya. Ada banyak charger murah tapi amperenya kecil. Untuk batere kamera dgn kapasitas di atas 2000 mAH perlu charger dengan kapasitas sebanding. Fast charger biasanya punya kapasitas di atas 400 mA per batere.
    Range harga bergantung pada kapasitas arus & fitur tambahannya. Merk yg sama dengan kapasitas & fotur berbeda harganya juga lain. Ilustrasi dari beberapa yg saya pakai:
    Uniross yg saya pakai kapasitasnya 4x395 mA, harganya Rp 120rb. Charger Energizer 4x465 mA harganya 200rb. Sanyo 4x495 mA harganya Rp 180 rb. Yg sekarang saya pakai, Krisbow 4x600 mA dengan kemampuan refresh & dilengkapi display, harganya 275rb (beli di ACE Hardware)

    BalasHapus