Perlu Ketelatenan
Untuk foto macro yang ekstrim, saya menggunakan reversed lens karena:
- Bisa dipakai pada kamera apapun
- Murah
- Mudah diperoleh
- Mudah diaplikasikan
Lensa tambahan yang saya pakai adalah lensa jadul merk Yashica 50 mm f/1.9 yang saya dapat di Cihapit seharga Rp 100.000. Sewaktu saya beli, kondisinya sudah tidak utuh. Rumah & focusing ring-nya sudah pecah, aperture seret, tapi lensanya sendiri masih bagus & jernih. Jadi sekalian saja saya lepas rumah & aperture-nya, lalu saya pasang pada tutup botol spray dengan double tape. Jadinya seperti ini:
Untuk memakainya, tinggal memasang tutup botol spray itu di filter lensa kamera. Inovasi ini pas untuk dipakai pada lensa berdiameter 58 mm. Atur zoom kamera pada posisi tele-end agar tidak terjadi vignette.
Kelemahan dari penggunaan reversed lens ini adalah:
- Auto fokus & manual fokus tidak berfungsi
Jadi kamera harus digerakkan maju mundur sampai obyek tampil dengan tajam.
- DoF sangat tipis
Walaupun sudah menggunakan bukaan f/11, obyek yang tajam sangatlah terbatas, jadi cukup sulit menangkap obyek bergerak
- Intensitas cahaya ke sensor sangat rendah
Karena adanya tambahan di depan lensa ditambah dengan aperture yang sempit, intensitas cahaya yang sampai ke sensor menjadi rendah
Dengan berbagai pertimbangan, maka untuk pemotretan makro dengan reversed lens ini, sebaiknya:
- Gunakan ISO sedang sampai tinggi
Biasanya saya menggunakan ISO 400 karena pada ISO 100 atau 200 itu shutter menjadi sangat lambat, sedangkan di atas 400 noise akan meraja lela - ini sangat bergantung pada tipe kamera, jika menggunakan DSLR, silakan memakai ISO yang lebih tinggi
- Gunakan flash dengan diffuser
Tujuannya untuk mendapat pencahayaan tambahan sehingga shutter speed bisa lebih cepat, sekaligus meredam kekuatan flash agar obyek tidak over exposed
Berikut beberapa contoh perbandingan foto dengan mode Makro terhadap foto dengan menggunakan reversed lens:
Klik pada gambar untuk melihat dengan ukuran lebih besar
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar