- Konica Minolta Z20, ukuran sensor 1/2.5" (sama dengan umumnya kamera poket)
- Fujifilm S6500fd, ukuran sensor /1,6" (ukuran sensor umum kamera prosumer)
- Sony A200, ukuran sensor APS-C (sensor umum DSLR entry level)
Secara umum, untuk memperoleh ruang tajam yang sempit (shallow DoF) harus digunakan bukaan aperture lebar, biasanya ditandai dengan angka yang besarnya kurang dari f/5.6. Bukaan aperture lebar seperti ini bagus untuk menonjolkan PoI tunggal, misalnya model, portrait, still life, dll. Bukaan aperture yang sempit (ditandai dengan angka yang tinggi, misalnya f/8, f/16, f/22, dst) akan memberikan ruang tajam yang luas, cocok untuk landscape dan nature photography.
Kesulitan pada tes ini adalah keterbatasan pilihan setting aperture pada setiap kamera. Oleh karena itu akan digunakan nilai aperture f/3.7 atau f/3.2 pada Konica Minolta Z20 dan Fujifilm S6500fd. Sedangkan untuk Sony A200 akan digunakan aperture f/5.6. Seharusnya, bokeh yang dihasilkan pada f/3.7 akan lebih dominan daripada f/5.6, namun ukuran sensor yang berbeda akan memberikan efek seperti pada hasil berikut:
Hasil crop 100% dari hasil di atas ditunjukkan pada foto berikut:
Hasil uji dengan kamera Sony A-200 pada fokus yang berbeda:
Nah, apakah dengan demikian perlu untuk memilih sebuah DSLR agar dapat menghasilkan foto yang bagus?
Menurut saya jawabannya tidak mutlak, karena olah digital dapat membantu untuk memperoleh DoF yang diinginkan. Namun demikian, jika memang anggarann tersedia, kenapa tidak? :-)
wah mantap mas, banyak banget ilmu yang di share. sangat berguna bagi newbie seperti saya
BalasHapusSama-sama
BalasHapus