Ini sebetulnya sebagian dari percakapan saya dengan fotografer senior Aryono Huboyo Djati (AHD) di Mall Ambassador beberapa bulan lalu. Baru terpikir untuk menuliskannya ketika seorang teman mengeluh selalu ketinggalan momen sewaktu hunting Street Photography.
Masalahnya adalah, teman tersaebut tidak mengantisipasi, momen apa yang mungkin dia temui dalam suatu lokasi di waktu tertentu. Akibatnya, dia gagal mengantisipasi setiap momen karena masih berkutat dengan setting kamera saat sesuatu terjadi. Dia juga tidak sempat berinteraksi untuk mengkondisikan subyek agar cocok dengan konsep. Fotografi adalah sebuah proses. sebagaimana semua profesi yang lain, seorang fotografer tidak dapat mengandalkan kebetulan tetapi harus berusaha untuk mendapatkan momen yang terbaik dengan properti yang tersedia. Itulah perlunya memiliki Photographer's Notes atau Shot List.
Photographer Notes atau Shot List adalah sebuah catatan yang berisi konsep atau sketsa kondisi yang bisa ditemui dalam sebuah proses hunting atau sesi foto. Dalam catatan ini fotografer - berdasarkan pengalaman atau eksplorasinya - sudah memperkirakan momen apa saja yang dapat terjadi dengan memperhitungkan kondisi lokasi, cuaca, dan berbagai faktor lainnya. Sebagai seorang fotografer yang banyak berkarya dalam kategori human interest, AHD beberapa kali menyebutkan bahwa human interest ataupun street photography tidaklah sama dengan candid
AHD waktu itu memberi contoh:
Lokasi pemotretan: Jembatan Penyeberangan
Waktu: Siang hari menjelang sore
Dari data tersebut, maka dibuat pemetaan yang lebih spesifik untuk dieksplorasi, misalnya:
(1) Bagian mana dari jembatan yang akan dimanfaatkan: tiangnya, tangganya, di atas jembatan dsb
(2) Siapa subyek yang dapat ditemui: anak-anak, gadis remaja, nenek tua, dsb
(3) Sedang apa subyek saat itu: berjalan, menunggu, berjualan, dsb
(4) Faktor highlight & bayangan
(5) dsb
Tambahan dari AHD setelah membaca artikel ini, tentang pentingnya konsep:
"konsistensi terhadap tema yg mau difoto, semisal di jembatan penyeberangan banyak yg bagus utk direkam,... dalam prakteknya kita kudu targetin semisal 'kaki2 penyeberang',... kalo toh nantinya diantara kaki2 ada pengemis tertidur,... anggap saja bonus dari variant kaki2 dimaksud"
(dikirim via Facebook, matur nuwun sanget untuk tambahan ilmunya)
AHD juga memberikan link sebagai bahan bacaan tambahan: Lihat Sekitar & Lebih Sensitif
Dari contoh tersebut, kita dapat mengembangkannya ke berbagai lokasi lain, seperti: lampu lalu lintas, taman kota, monumen, museum, dsb. Kalau perlu, kita dapat melakukan conditioning, mengkondisikan subyek agar berada di lokasi terbaik pada waktu yang paling tepat. Survei sebelum pemotretan tentu akan memberi manfaat yang besar. Seringkali seorang fotografer harus datang lagi ke suatu tempat untuk memperoleh momen yang terbaik. Dengan langkah-langkah dan persiapan yang baik, maka kita tidak perlu membuang terlalu banyak frame untuk foto-foto yang kurang memuaskan.
Catatan ini juga dapat dipelajari & dievaluasi kembali sehingga fotografer semakin terlatih & tanggap terhadap kondisi sekelilingnya. Oleh karena itu, saya setuju sekali dengan kutipan yang digunakan Frunze (seorang rekan di komunitas Alpharian) dalam signature-nya: "Fotografer sejati adalah Fotografer yang mau menghargai sebuah foto tidak hanya dari hasilnya, tetapi juga prosesnya."
Keep jepret!
Salam :)
Jumat, 11 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
waw nambah lagi deh ilmu saya
BalasHapusterima kasih udah ngeshare :D